Menempatkan diri secara bijak dan nyaman itu susah. Ketika ada sekelumit noda yang membuat mata memandang agak berbada, pasti ada dilema. Pilihannya antara semakin membenci, berhenti mencaci, berpura-pura tak mengerti, atau menghindar sama sekali. Dan sering kali aku menjadi pribadi yang bermuka dua.
Hina? Kotor? Menjijikkan? Bertopeng? Atau apalah, aku sering tak perduli. Toh menurutku itu cara teraman yang selalu melintas di otak.
Apakah cara yang lain suci? Bullshit dengan kata suci.
Penempatan diri, memang aku tak lebih ahli dari siapapun. Tapi aku sangat mengerti bagaimana rasanya terhakimi dan tersudut hingga mati. Dan keadaan yang demikian sangat mengerikan. Itulah yang membuatku lebih aman untuk bermuka dua.
Bermuka dua tak selalu buruk. Sering kali secara perlahan aku bisa menuntun terdakwa pada keadaan jiwa yang lebih mantab. Dan selalu ada hikmah berjalan beriringan bersamaku di dalamnya.
Yah, bermuka dua memanglah tetap bermuka dua. Dan aku tak berusaha berdalih atau membela diri. Ini jalan bercabang, ini pilihan.
Semoga lain waktu ada yang menemukan jalan lain yang lebih 'Bullshit' dari bermuka dua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar