Lalu kukorek-korek lagi kejujuran itu apa, aku mengobrak-abrik kembali semua kalimatku dan kubaca untuk mencari keambiguannya.
Dia benar, ada sedikit keambiguan, tapi bukan berarti tak jujur.
Aku masih merasa bahwa semua tulisanku jujur, walaupun sering terasa ambigu. Ada yang salah dengan ambigu? Kalau yang dia maksud ambigu adalah tentang 'untuk siapa' tulisan itu dialamatkan, terkadang aku memang menyimpannya untukku sendiri.
"aku sayang kamu"
Dia memprotes dengan tegas, "kamu itu bisa untuk siapa saja kan?", "jangan bermain dengan kata-kata."
Aku mengulanya dengan menyisipkan namanya, lalu dia tersenyum dan memelukku erat.
Kalau aku sebuah buku, aku memang memiliki hard cover. Jatuh pun aku tak masalah, mungkin gores sedikit.
Namun entah kenapa lembaran-lembaran di dalamnya adalah tisu. Ringkih. Saat terlalu keras untuk mengurai semuanya, bisa lubang bahkan sobek.
Aku bisa menjadi jujur, tapi dihadapanmu saja ya... Biar tulisanku tetap seperti ini, kejujuranku biar jadi konsumsimu saja yaa...
boleh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar