"Kalau mau mikir ulang silahkan"
Aku terhenyak, bahkan badanku yang sudah berdiri terduduk lagi, lemas. Kutatap lekat-lekat, akan kujawab apa ini? Dan kuputuskan untuk diam.
Mengapa aku diam? Seharusnya aku marah, berulang kali dia seperti ini seolah memburu keputus asaanku. Aku diam karena aku memikirkan ulang semuanya dari awal. Ya, dia benar. Aku harus selalu memikirkan semua berulang-ulang. Jangan sampai semua ini hanya emosi sesaat dan hanya membawa cerita picisan sekali lagi.
Memilih jalan ini mudah, yang sulit adalah menjaga tapak kaki tetap pada jalurnya. Buktinya aku masih berdiri di sini dengan tegap, masih menggandengnya dengan erat, masih tersenyum optimis menatap senja, masih percaya pada sinar matahari esok pagi, masih dengan angkuh menantang putus asa.
Dia mau keras kepala dengan kata-kata yang bisa menjatuhkanku??
Sekeras itu pula usahaku untuk menjaga jalan ini tetap terisi oleh jejakku dan dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar