Ada tembok-tembok tebal atau tali-tali transparan yang mengelilingi bahkan mengikat leher kita seperti sabuk pengikat leher anjing. Tak terlihat, itulah yang sering kali membuat kita tak sadar akan keberadaannya. Emm .. penting ya? Pertanyaan bodoh itu selalu berputar-putar tanpa pernah ada jawaban yang mengenyangkan.
Suatu sore, ketika biru masih cerah dan udara memanas membakar epidermis hingga matang, ada sebuah kisah lama dari laci kenangan yang usang tiba-tiba bertebaran menyebar debu busuk yang menggelitikku hingga terpecah tawaku tiba-tiba. Aneh? Aku sendiri merasa aneh.
Debu-debu itu membawa cerita tentang tembok dan tali transparan yang diperkenalkan kawanku dengan cara yang unik dan menyebalkan.
"Ternyata kamu punya rahasia dibelakangku." isak kawanku setelah mebaca coretan-coretan asal di binderku. Geli sekaligus bingung. Dia terisak hanya gara-gara aku memiliki sedikit rahasia yang akhirnya dia tahu melalui kertas lusuh dan bukannya dari mulutku sendiri.
[Yang dia perkenalkan adalah: diantara kami tidak boleh ada rahasia sedikitpun]
"Kita teman, gak seharusnya dia nembak kamu. Etis kayak gitu? Minta maaf dulu kek."
"Dia jadian sama mantanku. Padahal dia kan sahabatku. Aku bener-bener gak nyangka dia bisa jahat banget."
"Kenapa aku gak boleh tau password Fb kamu? Ada rahasia? Kita kan pacaran."
Sering sekali kalimat-kalimat serupa menggaung jelas di gendang telinga dan susah hilang. Ada sebuah peraturan atau pembatas yang tersirat.
Seperti tembok-tembok tebal atau tali-tali transparan yang mengelilingi bahkan mengikat leher kita seperti sabuk pengikat leher anjing.
"Kita teman, gak seharusnya dia nembak kamu. Etis kayak gitu? Minta maaf dulu kek." [Etis? Tolong kasih tau aku letak ketidak-etisan pada sekedar mengungkapkan perasaan itu dimana.]
"Dia jadian sama mantanku. Padahal dia kan sahabatku. Aku bener-bener gak nyangka dia bisa jahat banget." [Jadi, gak boleh jadian sama mantannya sahabat. Dalam islam seluruh umat adalah saudara, tuh gimana urusannya?]
"Kenapa aku gak boleh tau password Fb kamu? Ada rahasia? Kita kan pacaran." [Dan "Kita kan pacaran" selalu jadi kambing hitam. Please, belum nikah kan ??]
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebuah hubungan selalu ada ikatan, aku tak pernah memungkirinya. Entah itu pertemanan, persahabatan, pernikahan, persaudaraan, perpacaran, dan teman-teman lainnya. Dan ego, memainkan perannya menjadi DPR untuk merumuskan undang-undang. Tersusunlah segala macam batasan dan birokrasi mbulet yang tercetak dan menancap hingga seringkali sesuatu yang lebih rasional terlihat lemah.
Yang masih sering aku bingungkan adalah, Emm .. penting ya?
Bukankah dunia ini sering berjalan dengan cara yang tidak 'seharusnya'?
Apakah kata seharusnya dan semestinya bersifat pasti dan selalu benar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar