Minggu, 14 Desember 2014

Judulnya: Januari, Warnanya Kucari #9

Hai, Kamu! Ya, Kamu! Aku rindu
Dan sekali lagi, pesan singkat itu hanya menjadi penghuni folder draft. Jemari yang mengetiknya, tak berdaya.
___
"Tadi, subuh-subuh, Dev ke sini," cerita Bunda pada Anisa.
Anisa tak menunjukkan ekspresi apapun, hanya "hmmm" singkat yang keluar dari bibirnya. Bunda mengerti, anaknya sedang tak ingin membicarakan pria itu karena suatu hal, tapi Bunda juga ingin anaknya tahu bahwa ada ketulusan dan penyesalan yang tersirat pada nada bicara Dev subuh tadi.

Bunda tetap bercerita panjang lebar tentang kedatangan Dev tiap hari selama Anisa tak sadarkan diri. Tentang vas bunga yang selalu terisi dengan bunga pemberian Dev. Tentang puluhan pesan singkat yang dia kirim pada Bunda hanya untuk menanyakan kabar Anisa, serta tentang raut sesal yang penuh harap.

"Andai semudah itu, Nda. Sesal bisa jadi jaminan dan maaf menyapu bersih memori, andai semudah itu," gumam Anisa lirih, namun masih bisa terdengar oleh Bunda yang sedang mengupaskan jeruk untuk Anisa.

"Sudah siang, Bunda pulang dulu yaa. Ambil baju ganti."

Anisa kembali mengambil posisi tidur favoritnya. Dia masih begitu lelah, seperti telah berpergian kesana kemari tanpa henti. Tentang mimpi panjangnya, menyisakan pening hingga kini.
___
"Maafkan saya, mungkin ini milik Anisa"

Samar-samar terdengar percakapan diluar kamar inap. Sepertinya bunda sedang berbicara dengan serang pria. Anisa belum sadar sepenuhnya, kepalanya pun masih pening. Tak hiraukannya percakapan itu, kemudian kembali terlelap.
___
"Maafkan aku, Anisa. Kerumitan ini tak peting lagi buatmu."

"Kerumitan yang mana? Kamu.. kamu.. kamu selalu saja menghilang dan kembali sesukamu! Kamu tahu kalau itu menyakitiku?"

"Maaf.. Aku rindu, aku bahagia, aku suka.. Itu benar adanya..."

"Bohong! Kamu.. kamu.." tiba-tiba air mata mengalir seenaknya, membuat kalimat Anisa terbata.

"Aku berbohong jika aku tak rindu, tapi biarlah kerumitan ini tak lagi membebanimu"

Kemudia pria itu berlalu pergi meninggalkan air mata Anisa yang tersedu sendiri.
___

Pengikut