Rabu, 19 Desember 2012

Di Tengah, Gak Ke Mana-mana

Om Mario Teguh bilang, "Hidup itu seperti diperkosa, kalau tidak bisa melawan ya nikmati".
Sederhana, tapi perih.

Banyak orang bilang, hidup itu seperti roda yang berputar. Tak selamanya kita berada pada titik tertentu.
Realistis, tapi subyektif.

Lagi-lagi aku bukan menyalahkan, tapi sekedar berbagi persepsi dan membentangkan perspektif.

Adikku bilang, "Aku gak pernah hidup kayak roda mbak, aku selalu di tengah, gak akan ke mana-mana."
Aku bangga, aku senang. Adikku telah berproses untuk menghidupi hidupnya.


Di atas langit masih ada langit.
Sedalam apa kita menggali, akan bertemu tanah lagi.


Senin, 17 Desember 2012

Sederhanakan Mimpi

"Apa mimpimu?", sebuah judul artikel yang lewat begitu saja pada layar netbook membuat pikiranku mengobrak abrik kembali berkas-berkas lama,
"Apa ya sebenarnya mimpiku?", aku bergumam sendiri.

Dulu, aku akan cepat dan semangat menjawab dengan rentetan mimpi-mimpi besar yang telah aku catat besar-besar dalam jurnal hidup. Dulu...
Nampaknya waktu mengikisnya pelan-pelan. Seperti ombak yang mengikis karang, seperti manusia yang mengikis alam.
Salah siapa? Tak ada kurasa, atau mungkin salahku yang hanya bermimpi.
"Mimpi tanpa usaha itu sia-sia...", begitu katanya. Apa mimpiku tanpa usaha?

Atau mungkin bukan terkikis, tapi aku menjadikannya sederhana ...
Ya, aku ingin hidup sederhana. Sesederhana saat bernafas, tak terburu-buru karena takut kehabisan udara untuk dihirup. Sesederhana saat bernyanyi di kamar mandi, everyone is diva when they are showering...


Semoga terwujud...

Rabu, 12 Desember 2012

Semangat, Keras Kepala

"Kalau mau mikir ulang silahkan"
Aku terhenyak, bahkan badanku yang sudah berdiri terduduk lagi, lemas. Kutatap lekat-lekat, akan kujawab apa ini? Dan kuputuskan untuk diam.

Mengapa aku diam? Seharusnya aku marah, berulang kali dia seperti ini seolah memburu keputus asaanku. Aku diam karena aku memikirkan ulang semuanya dari awal. Ya, dia benar. Aku harus selalu memikirkan semua berulang-ulang. Jangan sampai semua ini hanya emosi sesaat dan hanya membawa cerita picisan sekali lagi.

Memilih jalan ini mudah, yang sulit adalah menjaga tapak kaki tetap pada jalurnya. Buktinya aku masih berdiri di sini dengan tegap, masih menggandengnya dengan erat, masih tersenyum optimis menatap senja, masih percaya pada sinar matahari esok pagi, masih dengan angkuh menantang putus asa.

Dia mau keras kepala dengan kata-kata yang bisa menjatuhkanku??
Sekeras itu pula usahaku untuk menjaga jalan ini tetap terisi oleh jejakku dan dia.


Kamis, 06 Desember 2012

What's Money Can't Do

Muram, mendung, lalu hujan. That just happened to this day.
Bahkan, sahabatku pun tak bergairah.
Padahal hari ini aku mendapat jatah bulanan. Biasanya setelah menerima uang bulanan moodku mendadak normal dan dunia kembali bersorak. Tapi tidak kali ini, and it shows money can't buy anything...


Rabu, 05 Desember 2012

Selasa, 27 November 2012

Jujurku ke Kamu

Kata dia kalimatku sering ambigu, kata dia aku tak jujur pada tulisanku sendiri. Dan aku bingung ...
Lalu kukorek-korek lagi kejujuran itu apa, aku mengobrak-abrik kembali semua kalimatku dan kubaca untuk mencari keambiguannya.

Dia benar, ada sedikit keambiguan, tapi bukan berarti tak jujur.
Aku masih merasa bahwa semua tulisanku jujur, walaupun sering terasa ambigu. Ada yang salah dengan ambigu? Kalau yang dia maksud ambigu adalah tentang 'untuk siapa' tulisan itu dialamatkan, terkadang aku memang menyimpannya untukku sendiri.

"aku sayang kamu"
Dia memprotes dengan tegas, "kamu itu bisa untuk siapa saja kan?", "jangan bermain dengan kata-kata."
Aku mengulanya dengan menyisipkan namanya, lalu dia tersenyum dan memelukku erat.



Kalau aku sebuah buku, aku memang memiliki hard cover. Jatuh pun aku tak masalah, mungkin gores sedikit.
Namun entah kenapa lembaran-lembaran di dalamnya adalah tisu. Ringkih. Saat terlalu keras untuk mengurai semuanya, bisa lubang bahkan sobek.

Aku bisa menjadi jujur, tapi dihadapanmu saja ya... Biar tulisanku tetap seperti ini, kejujuranku biar jadi konsumsimu saja yaa...
boleh?

Senin, 26 November 2012

Menunda itu ...

Sudah lama sekali rasanya tak menari di atas keyboard, rindu. Satu hal yang sering menciptakan palang besar hingga menundaku untuk menulis, hal yang banyak orang rasakan, "bingung mau nulis apa". Jujur, aku bingung bukan karena tak terlintas satu katapun di otak tapi karena saking banyaknya kalimat yang berjubel ingin keluar hingga tak jelas akan keluarkan yang mana. And that often makes me put off to write.
Tak ada yang harus disalahkan, juga tak harus menuntut mood menjadi baik untuk menulis. But, sometimes we need to manage the mood, and it more dificult than manage another people.

Menunda ini yang jadi masalah, and that's my big problem.

Menunda bikin aku jadi lupa (bukan cuma nulis). Menunda bikin mood lama-lama jadi hilang. Menunda bikin semua yang ditunda jadi berantakan. Menunda bikin aku sering bilang, "Coba dari tadi ya". Menunda bikin penyesalan semakin cepat datang.

So, make your own conclusions :)

Senin, 12 November 2012

Rinduku Banyak Sekali


Gak akan pernah ada kata “baik-baik saja” ketika perceraian telah sampai pada ketukan hakim yang ketiga. Gak akan pernah berhenti air mata ketika semua tak lagi sama. Gak akan pernah sempurna keringnya luka walaupun telah diobati. Gak akan pernah ada kerelaan yang serela-relanya atas semua yang telah pergi. Gak akan pernah...

Ini terbukti ketika semua mulai terlihat membaik. Nyatanya, ada benih luka pada sudut yang tak selalu terjamah siap untuk tumbuh dan tak sengaja terpupuk oleh cintanya sendiri.

Dia (B), adik bungsuku, masih amat belia, cantik, ceria, dan sahabat gulatku di rumah. Dia (B), adik bungsuku, yang kini terbaring menderita dengan jeritan-jeritan suara jiwanya yang tak sampai, yang kini sedang mendekap diri sendiri berusaha berlindung dari sakit hatinya, yang kini sedang sakit sudah sebulan lamanya.

Semua mengira, tiga tahun yang lalu tak pernah menjadi beban di pundaknya. Semua mengira, dia seorang remaja berhati baja. Semua mengira, dia takkan kenapa-kenapa. Semua mengira, termasuk aku...

Saat awal perceraian, (A), adik lelakiku, menjadi goncangan hebat dan luar biasa menguras semuanya, mulai dari tangis, tenaga, materi, juga doa. Pemberontakannya seperti perang dingin yang sewaktu-waktu bisa saja membara. Kelakuannya membuat kedua orang tuaku saling tuduh “tak becus” dalam mengurusnya. Aku hanya menyiapkan telinga bagi keduanya.

Umi, wanita tangguh yang rapuh dan juga ibu kami, memulai hari dengan memutar otak untuk memberi makan anaknya dan menutup mata dengan kecemasan tentang apa yang bisa dimakan anaknya esok hari. Ditiap sujudnya, tak pernah lepas nama (A) dari rentetan doa. Mungkin namaku dan (B) juga ada, namun prioritasnya waktu itu adalah (A). Pintanya hanya satu, “Sembuhlah wahai jagoanku, Umi rindu”.
Hingga akhirnya Umi memutuskan untuk membuka lagi istana hatinya bagi sebuah cinta seorang pria. Bapak, pria yang sebaya dengan Umi, sopan, sederhana, dan duda beranak dua, berhasil merayu Umi untuk menjalin lembar baru yang lebih baik.

Tak seperti sinetron atau novel, pernikahan Umi dan Bapak berjalan dengan lancar walaupun ada beberapan penolakan kecil, namun bisa teratasi dengan baik-baik dan tanpa paksaan. Aku dan kedua adikku tak menyangka bahwa akan begitu cepat akrab dengan kedua  anak Bapak. Begitu akrabnya kami seolah kami adalah saudara yang lama tak berjumpa lalu kini dipertemukan kembali. Keakraban ini bersambung hingga aku berkunjung ke rumah adik baruku di Bekasi. Mama, ibu mereka, menyambutku dengan luar biasa hangat. Tak berhenti sampai disitu, keluarga besar Mama juga menerimaku dengan keramahan yang tak akan pernah disangka oleh siapapun. Pertama kali ke sana dan mendapatkan senyuman tulus yang tak terduga membuatku bersyukur dan mulai bisa memaknai apa yang terjadi. Kesyukuranku makin bertambah ketika ternyata kedatangan Bapak menjadikan (A) memiliki kiat untuk sembuh perlahan.

Menerima orang asing di rumahmu dan harus kau anggap sebagai ayahmu adalah hal yang tak mudah, namun kami bertiga berusaha sebaik mungkin. Begitu juga dengan Bapak, sekuat tenaganya berusaha mengambil hati kami. Sekedip mata, kami semua terlihat seperti baik-baik saja. Ya, terlihat seperti baik-baik saja.

Terkadang aku tak bisa menerima kebijakan yang terlontar dari mulut Bapak. Untung saja, cepat-cepat aku bisa meredamnya dengan, “bagaimana pun dia adalah suami dari ibuku, dan agama mengajarkanku untuk menghormatinya”. Terdengar teoritis, terserah bagi yang menganggap itu sekedar teori, yang penting itulah caraku untuk meredam amarah yang kurang begitu penting.

Abi, sosok pria sejati dan ayah yang bertanggung jawab, dulu. Kini beliau tak lagi sejantan itu semenjak kepergiannya yang berbuah ribuan tanda tanya. Namun, sosok Bapak takkan mungkin bisa menggantikan keberadaan Abi, disitulah intinya.

(A) dengan sakit hatinya yang sempat membenci Abi, kini saat dia mulai sembuh kebencian itu berubah menjadi sikap yang dingin. Better...

Umi dengan kekecewaannya masih sering terkorek dengan atau tanpa sengaja, kini hanya butuh telinga karena bebannya perlahan berkurang. Better...

Abi, bagaimanapun beliau adalah ayah kandungku dan kedua adikku, takkan pernah menjadi mantan. Ikatan itulah yang takkan bisa menghindarkan rindu padanya. Aku rasa beliau juga merasakan hal yang sama, hanya saja lisannya terlalu gengsi untuk berekspresi. I wish he’ll found the way to Allah...

(B), mainan kecilku yang biasa menemaniku untuk berbelanja barang-barang lucu, berburu kuliner yang menggiurkan lidah kami, menghabiskan uang bulanan, bahkan menemaniku gulat di rumah. Mungkin dia bukanlah gadis yang terbuka dan bisa seenaknya mengutarakan isi hatinya pada kakaknya ini, dia lebih sering terlihat jutek, dia yang masih kekanak-kanakan, tapi dia gadis yang cukup menyenangkan, lebih ramah dari yang terlihat, dan sangat friendly lebih dari yang orang kira.

Ketika (A), yang orang kira adalah “yang paling tersakiti” setelah Umi, telah menemui jalannya dan membuat dada semua orang terasa lapang, ada tangis (B) yang tercekat dalam sunyi dan ketidakberdayaannya hingga membuat dadanya sesak dan tenggorokannya sakit.
Mungkin itu yang membuat sakitnya tak kunjung membaik.
Aku tau, keluhnya cuma satu, rindu.
Cuma satu, RINDU.
Cuma satu, R I N D U.
Ya, aku juga rindu, rinduku banyak sekali, tapi kali ini aku lebih rindu bergulat dengannya hingga tenggorokan kami kering dan badan kami lemas dibanding apapun.


Gak akan pernah ada kata “baik-baik saja” ketika perceraian telah sampai pada ketukan hakim yang ketiga. Gak akan pernah berhenti air mata ketika semua tak lagi sama. Gak akan pernah sempurna keringnya luka walaupun telah diobati. Gak akan pernah ada kerelaan yang serela-relanya atas semua yang telah pergi. Gak akan pernah...




Minggu, 04 November 2012

Lelucon yang Melucui Harga Diri

"Mereka muda hanya karna usia, namun terlampau renta di sisi intelektual" -Bung Cidera Otak, Taring zine-

" Untuk berubah, kita perlu melakukan hal-hal yang tidak pernah kita lakukan. 
Sementara kita selalu mencukur rambut, tidak pernah memakai sandal jepit atau baju selalu berkerah.
Barangkali revolusi tidak akan pernah terjadi" -Han, Hompimpa- 

"Siapapun yg penuh dengan ide, gagasan, dan selalu terpanggil untu berindak dan melakukan perubahan kearah yg lebih baik, dialah pemuda." -Aan Anshoruddin, resist book- 

"Sekali berarti, sudah itu mati" -Chairil Anwar, Diponegoro-

Jumat, 02 November 2012

Ketika ... Cukup?

Kepentinganku menarik tambangmu
Cukup?
Entah suatu saat kau lepas, terlepas olehmu atau olehku, diputus, terputus,
Kepentinganku hanya menarik tambangmu
Cukup?
Ketika ragu malah termunculkan dari balik pintalan kalimatmu
Aku jadi tau, betapa tarikan ini amat sangat berarti
Mungkin hatiku teramat polos menanggapi apa yang sedang dirasanya
Mungkin kepolosan itu yang menguatkan juga
Ketika syahdu tiba-tiba pecah oleh ragu
Izinkan aku tetap berdiri di sini hingga tak lagi ada yg mengingini
Dan kepentinganku masih menarik tambangmu
Cukup?

Minggu, 30 September 2012

Latah itu Saya

Latah ..
adalah penyakit yang hampir semua yang merasa menjadi manusia punya. Yahh , penyakit ini masih sahabatan sama yang namanya Males.
Bedanya sama Males, Latah ini cuman manusia yang punya (mungkin).

Coba bayangin kalo seluruh dunia bener-bener beda, semua mengakui dirinya sebagai pribadi yang otentik dan original, hemm .. Silahkan berimajinasi!

copyright itu mahal kan? Kenapa kita tidak mencoba untuk menghargai diri kita dengan semahal-mahalnya?

original me >_<

Kamis, 13 September 2012

Ironi Mungkin (?)


"Aku ingin begini.. Aku ingin begitu.. Ingin ini ingin itu banyak sekali.."

Familiar sekali bukan? Dan itu bukan sekedar nyanyian anak-anak yang berkumandang semenit dua menit pada layar televisi lalu senyap.
Kalimat sederhana yang penuh dengan penggambaran tentang manusia, kan?

"Semua semua semua.. Dapat dikabulkan.. Dapat dikabulkan dengan kantong ajaib.."

Kantong ajaibnya kan kita udah punya.

"Aku ingin terbang bebas di angkasa.. Hai, baling-baling bambu!!"

See!! Bukan sayap, tapi baling-baling bambu.
Kenapa coba?

"La La La .. Aku sayang sekali.. Doraemon.."

Doraemon.. Doraemon..
Sayang sekali banyak yang menelan mentah-mentah tentang kamu.
Doremon, aku menyayangimu karena kamu yang mengenalkan tentang bagaimana cara Tuhan, Allah, dan aku, manusia, ciptaanNya, hambaNya, bekerja. Tentang penggambaran kesyukuran yang terlupa dan tersudut hingga berdebu. Tentang nikmat pemenuhan atas kebutuhan bukan keinginan.

"La La La .. Aku sayang sekali.. Doraemon.." Ironi ya?

Rabu, 12 September 2012

Dreams, LaLaLa ^_^

Engg , what would I wrote? I didn't know yet. Everythings was gone too fast.
Okay, what about the future? >_<

I'm not an ambitious person, but I wanna do a lot of things before the Lord, Allah, told me to go back.
I wanna be a doctor :D. But fate run another course, hahaha. No problem, I'm sure that Allah gave me the best way. And now I study in accounting. Not bad, there I was found that try to love something which is would to do is more dificult than do something which is have loved. (More hard because I'm from 'IPA' so I have no study the basic yet.)
I wanna be a writer ^^. Indeed I'm a writer although I have not a book because I already have THREE BLOGS, hahaha. That makes me free to write any. Emm, I hope someday I can publish my own book. Now I still in completing my 'freak' novel. Wish me luck !! \^_^/
Then, I wanna be an announcer or broadcaster, whatever, share the cheers with others or anything can inspiring me. So, Is there anyone can help me? Or teach me to make it will be come true? Sok atuh, monggo :))
Many dreams that hovers in the brain. I want to climb a mountain, go to foreign country, be a photographer, have a boutique (or my own business), haji to Mecca with my family, go around Indonesia (especially to Raja Ampat, Papua >_<), study phsycology, be able to cook -^_^-, sucsess in this worls and in the hereafter, and ... many others >_____<
Yah, paling tidak sudah berani bermimpi itu bagus, lalu kita tinggal berusaha lebih keras dari sebelumnya dan mempercayainya.

Minggu, 09 September 2012

Stres GeJe


Gejala stres :
>> Banyak makan
>> Insomnia
>> Jerawatan gara-gara insomnia
>> Baju ga muat gara-gara banyak makan
>> Makin stres gara-gara susah kurus lagi
>> Bisa gila gara-gara ga sadar kalo lagi stres

I just can say, it's totally hard.
Can't tell anyone but hard to keep alone, so what should I do?
Too much in brain, too much makes pain.
Longer to shuts the mouth, longer for eyes would be crying out.
Faster tell the truth, faster the togetherness would be cut (but I want to not this happen).

Wah, malah curcol =___="
Salam GeJe lah buat malem ini, "kalo mau nulis, nulis aja. Gausah mikir" ya kan?


Selasa, 04 September 2012

Responsibility

Awesome !!
Standing applouse for KIKI Coboy Junior.

Ehm, actually I'm not his fans but I'm totally proud of him. Why? He just gave me a lesson about Responsibility.
Teuku Rizky Muhammad, masih kecil, 14 tahun, tapi pemikirannya cukup dewasa, salut.
Hidup mengajarkannya tentang berlapang dada dan menguatkan hati untuk menjadi tulang punggung keluarga saat dia masih berumur 7 tahun. Tulang punggung, penyokong, tiang inti.
Kiki benar-benar menjadi tulang punggung hingga biaya sekolahnya sendiri pun dia yang mencukupi.
Remaja seumuran dia pasti ada keegoisan dan memunculkan penentangan terhadap takdirnya, dia cukup dewasa mengakui itu, "aku pernah mikir kenapa harus aku yang ngalamin ini semua, tapi ya ini memang sudah jalannya." Ujarnya saat diwawancarai dalam sebuah acara talk show di salah satu televisi swasta.

Ayahnya yang terkasih, yang mengantarkannya menjadi seorang penyanyi, yang membimbingnya menuju kesuksesan, yang merengkuhnya ketika kelelahan berjuang, telah menghembuskan nafas terakhir ketika Kiki berumus 7 tahun. Itulah yang membuat Kiki harus berjuang untuk keluarganya. "Satu yang selalu ayah bilang, saat ayah udah gak ada, kamu yang harus menjaga keluargamu." Kalimat itu yang dipegangnya selalu hingga sekarang.

Sekali lagi aku bukan fans nya dia atau apa. Aku benar-benar murni mengagumi sosoknya yang macho banget. Dia sosok 'laki' banget.

Minggu, 02 September 2012

Love and Faith


Tak ada kisah Cinta dan Keyakinan yang sederhana. Mereka selalu menghiasi dunia dengan warna yang indah namun pelik untuk teruai secara gamblang.
Cinta dan Keyakinan, bisa saling bersua dalam haru tangis bahagia dan berpayung satu atas nama yang sama. Namun mereka juga bisa berjalan beriringan dengan tidak menyentuh kuncup kasih pertemuan.
Cinta dan Keyakinan, sering terkotak-kotakkan, terpilah-pilah dan menciptakan sekat tebal yang kasat mata.
Itulah kehidupan, yang akan sealu ada kotak dan sekat. Memperjelas perbedaan, menggamblangkan pengelompokan.

Between Love and Faith, which one that would you choose?

Namun, baru kali ini aku merasakan cinta kepada keyakinan dan meyakini keyakinan yang menumbuhkan cinta.
Indah ...

Selasa, 12 Juni 2012

Hmm, YUMMY \(^v^)/


Humm, looks so YUMMY >,<
I need it quickly !! :p

Ice cream is one of many ways to melt the stress in my head. I don't know how it works, but surely it can take me back on good mood sucsessfully. I don't need the best taste of ice cream in this world, I just need an ice cream and spent a little time with it. Just two of us, nobody else. Simple.

And, I need it NOW.

Rindu 'Ada'mu

This pict is the most I love

A complicated feel, kalo aku bilang ya. Kenapa bisa?? 
Rindu ini ga pernah direncanain, datengnya mendadak banget. Mending kalo cuman dadakan, nah ini juga harus ada acara nangis.
Tapi, aku ga pernah ngerasa harus selalu ketemu, bahkan ada sedikit benci. Benci aja harus nemuin dia di tempat yang beda, harus berbagi 'cinta' dengan 'kepahitan', harus selalu siap menata hati(lagi).

Banyak yang aku mau dari dia, aku akuin amat sangat banyak banget yang aku mau dari dia. Entah itu bentuknya materi atau dari yang sekedar sms 'Gmn mb kuliahnya?'.

Pagi ini, bukan dia yang nganterin aku perang, bukan dia yang bangun pagi-pagi manasin motor, bukan dia yang tangannya kucium dan mendoakan kelancaran atas perangku, bukan dia yang menghawatirkan perut kosongku, bukan dia, benar-benar telah orang lain.
Udara masih beku, jaketku pun masih rapat, arena perang juga belum dibuka. Tiba-tiba, "Dia tau ga ya?" sebuah pertanyaan tolol langsung mencubit manis pas di jantung. Dasar otak dudut, ngapain coba tiba-tiba mikir kayak gitu. Untung sebuah tarikan nafas panjang membuat kepalaku dingin kembali.
Hari yang lelah, pulang dikeroyok debu, asap kendaraan, dan hantaman terik siang. "Assalamu'alaikum.." salamku seada-adanya deh, udah capek. Belum kering lidahku, belum juga dijawab salamku, adikku kembali mengulang ceritanya semalam, "Mbak, itu lho kameranya. Sampean kepingin kan... Tuh, udah aku mintain." dan kali ini cerita semalam diikuti oleh sebuah hantaman yang lebih menyakitkan.
Aku emang kepingin banget kamera, sangat!! Tapi, aku ingin yang spesial, aku mau yang punya arti, aku mau kamera itu emang 'punyaku', emang 'buat aku'. Kamera yang awalnya akan aku minta saat kutunjukkan hasil kerja kerasku. Bukan kameranya, bukan imbalan atas usahaku, bukan sama sekali. Tapi nilai yang jauh lebih berarti dari itu. Amat sangat jauh dari itu.
Kenapa dia tega?

"pelukan yang paling tak terlupakan itu dari seorang AYAH ,menguatkan jiwa disaat kita lemah . membesarkan hati disaat kita terpuruk . gak ada yang bisa ngegantiin pelukan AYAH . :')"
Kalo lagi gini, ada aja yang nyindir. Kebetulan yang menyakitkan. Sebenernya sekedar status FB seorang teman, tapi ada yang mendadak bolong gara-gara status itu.

Banyak yang aku mau dari dia, aku akuin amat sangat banyak banget yang aku mau dari dia. Entah itu bentuknya materi atau dari yang sekedar sms 'Gmn mb kuliahnya?'.
Tapi, aku berusaha buat ga minta dengan cuma-cuma. Aku selalu berusaha membuat apa yang aku minta nanti adalah reward dan reward itu atas dasar kasih sayang dia, perhatian dia.
Satu-satunya sebuah 'perhatian' yang paling luar biasa dari sekian banyak keinginanku dari dia(belum ada yang kesampean juga) adalah, motor Mio tahun 2004. 'Perhatian' yang berlabel >> Ciee, yang udah Khotaman Al-qur'an dan hafal juz'amma...
Motor yang sampai sekarang masih cantik, gagah, dan setia nganterin aku ke mana-mana. Motor yang juga separuh semangatku, motor yang juga kekasihku, motor yang menjadi benda kesayaganku.
Ulang tahun, inget aja untung-untungan, jadi ga mau terlalu ngarep kado.
Tapi, ada kado terindah dari dia dan ga akan bisa digantiin kado dari siapapun atau pun kado termahal sedunia, yaitu Do'a yang selalu ikut aku sampai mati. Do'a-nya yang berupa namaku 'Chumairoh'.

Hari ini lelah, hari ini panas, hari ini jengkel, hari ini rindu.
Aku rindu, aku rindu, aku rindu 'ada'mu.

Senin, 11 Juni 2012

Don't Too Much, Just Balance ..


Ketika kita 'merasa', terlepas dari benar atau salahnya perasaan 'merasa' itu, kita akan memngakuinya sebagai sebuah kebenaran mutlak. Mau tidak mau hal ini sudah mendarah daging. Sadar tidak sadar setiap orang pasti mengakui walau hanya dari balik nuraninya.

Ekspektasi yang demikian sering membuyarkan sebuah fenomena yang telah benar-benar terjadi dan yang sedang terjadi.

"Jangan menuntut sebelum kamu bisa melakukannya."
Terlihat seperti kalimat yang seram. Pada kenyataanya kalimat tersebut sudah menjadi tradisi yang tak perlu disampaikan lagi. Menurut saya pun kalimat ini bukan lagi sebuah kalimat yang 'WOW'.
Adakah seorang ibu yang mengenalkan anaknya terhadap sesuatu yang tidak ia ketahui?
Adakah seseorang yang bisa melupakan seseorang yang belum pernah ia temui?
*cukup dijawab dalam hati
[Tragisnya, saya adalah orang bodoh yang harus selalu diingatkan tetang kalimat ini :'( ]

Pertanyaannya, 'merasa' ini apakah sudah seimbang dengan lapangan?
Jangan pernah menjawabnya sendiri karena hanya akan menuntun ke dalam lubang yang lebih dalam lagi. Gunakan cermin. Bukankah tak ada seorangpun mampu melihat punggungnya sendiri tanpa bantuan cermin?

Lalu?
Yaaaahhhh, sebagai makhluk sosial yang pasti berhubungan, hal ini menjadi vital. Dalam hubungan timbal balik, perasaan di antara pelaku harus benar-benar seimbang. Kalau kita 'merasa' sudah memahami, orang-orang di sekeliling kita juga harus sudah 'merasa' bahwa kita sudah memahami.

Keseimbangan bukan hanya sebuah wacana, tapi merupakan kebutuhan yang nyata.

Selasa, 05 Juni 2012

Dear YOU, (a) beautiful mistake


Dear YOU,
"Aku tak pernah merasa hebat untuk berani menyimpan sebentuk senyummu."

Dear YOU,
"Sudah kubilang, kupilih satu, dan tak perlu kau tau."

Dear YOU,
"Setitik embun takkan pernah bisa mengguyurmu, apa lagi membanjiri."

Dear YOU,
"Lelah?", "Aku menyukai kelelahanmu."

Dear YOU,
"...", "Emm ..."
"Aku tak bisa membaca nafasmu."
*merengkuh dada, tersenyum
*memejamkan mata, menghirup kenyang siratan aroma jiwa
"Kau kan melihat dengan cinta.", "Jangan pernah tertanggalkan itu."

Dear YOU,
Always YOU,
"Menyengaja, demi kau boleh merajang hatiku, setitik pun tak ada."
Tapi, biarlah kunikmati tanpa penghapus
Secangkir kopi kental, amat cukup membuatnya menjadi harmoni

Senin, 04 Juni 2012

Cut Me Into Pieces





https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8c-qIVks52i65aQSep8j5cKFeKuigx6iqH8WYbF4jEGkT-U_l2PmUsuQT9Z2zWmKi1cHQqy46vxPz9K1jPxeCdN9vF77nt8pcE6Npr10m-jDSHf-3IGHWKGVao94kTmnVrguZBdW0uxE/s1600/teen_with_hole_in_the_heart_214121321.jpg


h : don't begin if you can't finish it
me : lol

I don't know how , but after I read that words , instantly I feel there is a big hole in my heart .

h : jilbab << greatest
me : ... *speechless

once again , extreamly stabbed right in the gut .


h : indah<<kata untuk cewek berjilbab
h : <<sumpah jd sedih,,, dan kalau dd tersinggung sama kata2ku gpp kok,,, cuman berusaha untuk jujur
me : << ijin mewek


three times in a row , he was sucsessfully cut me into pieces .


Dear you, what should I say to you?
Because, I've no face anymore in front of you.
But, thank's a lot. 
You've told me what I've forgot.
So glad to know you :D


Minggu, 27 Mei 2012

Dan .. Maaf

Ada rasa sakit. Rasa sakit yang sama seperti setahun lalu. Padahal rasa ini sudah datang tiga kali berturut-turut dan ini yang ke empat, mengapa sesaknya masih begitu perih?
Menangis pun tak lagi banyak membantu. Toh tak ada yang bisa dirubah.
Tapi, di pelupuk mata banyak yang ingin tertumpah.
Apa aku harus menyerah? karena mungkin memang 'itu' bukan tempatku dan 'pengakuan' memang bukan milikku dari awal.

"Berapa kali?" tanyaku
"Hingga kau tak sanggup lagi." jawabnya

Bolehkan jika sekarang aku sudah merasa tak sanggup?
Aku tak pernah sekuat tulisanku, aku tak pernah sekuat kata-kataku, aku tak pernah sekuat kelihatannya.
Aku lemah, sekarang semakin rapuh. Untuk bernafas pun harus bekerja keras.

Bunda, maaf aku ingkar janji lagi.


Selasa, 24 April 2012

Tali Pengikat : Mengikat Leher Kita

Ada tembok-tembok tebal atau tali-tali transparan yang mengelilingi bahkan mengikat leher kita seperti sabuk pengikat leher anjing. Tak terlihat, itulah yang sering kali membuat kita tak sadar akan keberadaannya. Emm .. penting ya? Pertanyaan bodoh itu selalu berputar-putar tanpa pernah ada jawaban yang mengenyangkan.

Suatu sore, ketika biru masih cerah dan udara memanas membakar epidermis hingga matang, ada sebuah kisah lama dari laci kenangan yang usang tiba-tiba bertebaran menyebar debu busuk yang menggelitikku hingga terpecah tawaku tiba-tiba. Aneh? Aku sendiri merasa aneh.
Debu-debu itu membawa cerita tentang tembok dan tali transparan yang diperkenalkan kawanku dengan cara yang unik dan menyebalkan.
"Ternyata kamu punya rahasia dibelakangku." isak kawanku setelah mebaca coretan-coretan asal di binderku. Geli sekaligus bingung. Dia terisak hanya gara-gara aku memiliki sedikit rahasia yang akhirnya dia tahu melalui kertas lusuh dan bukannya dari mulutku sendiri.
[Yang dia perkenalkan adalah: diantara kami tidak boleh ada rahasia sedikitpun]

"Kita teman, gak seharusnya dia nembak kamu. Etis kayak gitu? Minta maaf dulu kek."
"Dia jadian sama mantanku. Padahal dia kan sahabatku. Aku bener-bener gak nyangka dia bisa jahat banget."
"Kenapa aku gak boleh tau password Fb kamu? Ada rahasia? Kita kan pacaran."

Sering sekali kalimat-kalimat serupa menggaung jelas di gendang telinga dan susah hilang. Ada sebuah peraturan atau pembatas yang tersirat.
Seperti tembok-tembok tebal atau tali-tali transparan yang mengelilingi bahkan mengikat leher kita seperti sabuk pengikat leher anjing.

"Kita teman, gak seharusnya dia nembak kamu. Etis kayak gitu? Minta maaf dulu kek." [Etis? Tolong kasih tau aku letak ketidak-etisan pada sekedar mengungkapkan perasaan itu dimana.]
"Dia jadian sama mantanku. Padahal dia kan sahabatku. Aku bener-bener gak nyangka dia bisa jahat banget." [Jadi, gak boleh jadian sama mantannya sahabat. Dalam islam seluruh umat adalah saudara, tuh gimana urusannya?]
"Kenapa aku gak boleh tau password Fb kamu? Ada rahasia? Kita kan pacaran." [Dan "Kita kan pacaran" selalu jadi kambing hitam. Please, belum nikah kan ??]

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebuah hubungan selalu ada ikatan, aku tak pernah memungkirinya. Entah itu pertemanan, persahabatan, pernikahan, persaudaraan, perpacaran, dan teman-teman lainnya. Dan ego, memainkan perannya menjadi DPR untuk merumuskan undang-undang. Tersusunlah segala macam batasan dan birokrasi mbulet yang tercetak dan menancap hingga seringkali sesuatu yang lebih rasional terlihat lemah.
Yang masih sering aku bingungkan adalah, Emm .. penting ya?
Bukankah dunia ini sering berjalan dengan cara yang tidak 'seharusnya'?
Apakah kata seharusnya dan semestinya bersifat pasti dan selalu benar?

Jumat, 20 April 2012

Pembelaan Diri Jelas Takkan Lagi Berfungsi

tiba-tiba ...
mataku berkaca-kaca
semuanya menari-nari menjulurkan lidahnya padaku , mencaciku , memojokkanku
(siapa?)
kenangan , orang-orang itu
(orang-orang?)
iya , mereka yang memintal cerita masa lalu , yang masih merajut hingga sekarang , yang entah kapan kopor mereka diangkut pergi
(lalu?)
mataku terbakar , kepalaku hampir hancur , aku .. aku ..
(yah , kau terus mengeluh atas kesalahanmu sendiri)
tapi aku sudah mencoba memahat sehalus mungkin tanpa merusak detilnya
aku sudah menguras tenaga untuk menyusuri tiap inci hingga kupastikan tak ada yang terlewatkan
aku terus berusaha untuk menjaga , terus berusaha menjaga , terus berusaha agar tak ada yang mencibir iri atau panas hati
aku .. aku ..
(kau terlalu membela diri)

Dan akhirnya, aku tertunduk malu. Sedih dan gundah memang lauk dan nasi. Tercerca sedemikian rupa membuat keadaanku tak terdefinisi. Aku kecewa dengan semua yang selalu salah mengerti. Tapi, ya itulah, kekecewaanku hanya sebuah pembelaan diri yang tak punya alibi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagi yang merasa tersakiti, jelas tangisku tak mampu wakili atas penyesalan dan penjelasan.
Sayangnya, selain penyesalan dan penjelasan, aku tak miliki lagi selain cekat yang mencekik hatiku yang tak pernah kalian tau.

Selasa, 10 April 2012

. quotes .


Hidup akan menjadi Lebih Hidup ketika kita bisa MengHidupi yang lain -mata hati-

Strugle is Never Enough


"Aku males mik-panggilan seorang kawan padaku-, pengen mandek kuliah (ingin berhenti kuliah)."
Kalimat yang dalam, karena aku tahu banyak faktor yang membuatnya terlontar. Aku hanya tersenyum menatap bibirnya komat-kamit menguraikan keluh kesah. Aku tahu dia sudah berjuang, aku mengerti betapa melelahannya itu. 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Mbak, aku gak mau kelihatan lemah karna aku selalu berpikir bahwa aku masih jauh lebih beruntung dibanding mereka." suatu malam yang cukup ramai di Bekasi, kalimat ini berjajar bersama rentetan kalimat-kalimat sarat semangat lainnya yang tertutur tegas oleh seorang gadis yang umurnya 3 tahun lebih muda dariku. Umur boleh masih sedikit tapi aku sangat yakin bahwa penderitaan yang dapat dikalahkan olehnya jauh lebih ganas hingga membentuk kedewasaan yang luar biasa.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kita hidup mempunyai papan permainan sendiri yang jalan dan arahnya telah ditentukan oleh Tuhan. Tapi Tuhan ingin kita mandiri, maka dari itu Dia memberi kita dadu. Dadu ini bukan untuk gambling tapi sebagai acuan berapa langkah yang bisa kita tempuh dan kemana arah yang kita pilih dari sekian banyak pilihan yang ada.
Percayalah bahwa kita selalu punya kesempatan, selalu ada jalan lain, dan selalu ada penyelesaian.

Berjuang takkan pernah cukup sampai di sini, kawan.

Minggu, 08 April 2012

Never Be Too Great, Huh?


I don't ever be too great for her. Everythings I've done just a normal thing if I could reach. Indeed, other people say that I'm great. But I'm just an ordinary daughter for her because of everything I can do, she also can do it. And I never be better than her.
If she knew that I always trying so hard to chase her, work so crazy to broke her record, keeping insane to pretend that I'm okay, is she knew.

I'm not trying to make her down, I just "always confused to set its own my way."
Many peoples say that do the best for youself, its your own life.
But, without her, I would not be here. And I owe her many apologize during my life.

Never be too great, huh?
I'll be the greatest that she ever knew. And the "it was supposed to" or "its a normal thing" will never appear on my name again.
I'll prove that, I'm totally diffirent from her, I'm original.

Keep In Try : Better Than Any


Dan beginilah arah membawaku kembali lagi pada unfinished business. Lagi-lagi hati tersentak dengan peringatan lembut dari seorang kawan. "Itulah gunanya bersosialisasi." katanya melalui pesan singkat. Tertegun aku membacanya, "Iya, tapi itu susah buatku." kubalas dengan senyum yang tertahan. "Makanya belajar dong." balasan darinya yang teramat singkat sebenarnya membuat perih, tapi aku tahu dia tak pernah bermaksut menyelipkan pisau untuk menyakitiku pada kata-katanya. Andai dia tau sekeras apa aku berusaha, "Iya, ini lagi belajar kok dari kamu." dan aku menyerah untuk berdebat.
But, I always thank to God that always send best peoples to be best friends for me (include 'you', who just warn me). I never weary of trying to get better each day.

Dear 'you', 
I've learned manythings from you.
I'm glad to know you.

Love : Just a Friend : Could it be ?


 Sederhana dan nyata. Siapa yang memungkiri? Aku pun tidak, hanya terkadang masih terlalu sulit untuk menahan rasa ingin memiliki. Terlebih sangat sulit untuk tetap tersenyum saat bukan lagi pundak kita yang menjadi prioritas tempat tumpahnya duka dan air mata.
Dan memang cinta takkan pernah sederhana seperti apa yang telah banyak tertata oleh aksara.


Sabtu, 31 Maret 2012

Ternyata, Masalahnya Ada pada 'Kita'

Setengah menahan tawa. Tapi miris juga. Karena Bhineka Tunggal Ika terlahir untuk diacuhkan oleh pemiliknya sendiri. Apa ya yang salah? Entahlah.

Semua sedang sibuk dengan berbagai macam opini tentang BBM, pemerintah, rakyat, demo, mahasiswa, anarki, dan segala macam cabang-cabangnya. Lalu seseorang menanggapi, "Persoalannya bukan di pembahasan tapi terapan."
Ya, dia tak salah. Tapi ada yang menggelitikku.
Lalu aku membalas. "Dan tak ada pembahasan masalah terapan yang benar-benar diterapkan. Semua cuma bermodal omongan. Yang berkoar-koar di salahkan atas keanarkian dan kesalahan penempatan amarah. Yang diam di tuduh angkat tangan dan tunduk dengan kediktatoran petinggi. Yang duduk lagi rapat di umpat sampai tandas." 
Dia hanya tersenyum lalu berkata, "Kok tau?" Lalu kami tertawa.

Ternyata kami berdua tak beda dengan mulut-mulut lain yang sedang adu argumen dan perang kata-kata.
Lucu juga ya :D
 

Rabu, 28 Maret 2012

Carut-marut, lalu Menata Lagi

Meredup ...
Selarik yang lalu kusematkan di tahta tertinggi
kini t'lah layu redup hampir mati

Tai kucing !!
Omong kosong dengan kilauan sarat petaka !
Tapi ...
Yasudahlah, 'bangsat' pun takkan merubah apa-apa

dan .. kubiarkan biru kelabu itu menumpuk pada kotak-kotak usang yag bersarang di sudut senyum pilu

Selamanya cinta, merindu pada kelegaan atas dahaga yang nyata
Seperti memori, mencatut harga mahal atas apa yang terkenang dan terbagi

dan .. kubiarkan kadal binal yang merecok, merayap menderap, berkeliling sesuka hati, hingga saatnya dia harus kumutilasi

Apa lagi ?
Yaah .. berjuang sendiri tak harus menjadikan akal sehat bunuh diri
Lalu ?
Hemm .. butuh sayatan lembut atau tamparan hangat agar getir tak guyuri jati diri


Salam hangat,
yang terpasung janji yang mencoba tetap sehat rohani

Kamis, 22 Maret 2012

Menjadi yang Teracuhkan




Manusia, makhluk sosial yang egois. Selalu meminta, karena mereka memang butuh, tapi sering malas untuk memberi.
Butuh untuk dimengerti, butuh untuk dihormati, butuh untuk dihargai, dan butuh-butuh tetek bengek yang lainnya yang mendapatkannya harus dari pemberian orang lain.

Siang ini, saat penutupan seminar nasional tentang kenaikan BBM di kampus, sebuah band fakultas menampilkan diri sebagai penghibur terakhir setelah seharian ratusan otak dicekoki dengan gunjingan dan kritik tajam terhadap pemerintah. Niat baik tak selalu disambut baik. Ternyata ratusan otak jenuh itu tak butuh hiburan, mereka butuh keluar dari ruangan. Karena tak sepaham, band fakultas tetap bernyanyi di depan panggung dan otak-otak kepanasan mulai semburat mencari pintu keluar. Pemandangan yang menyakitkan.
Emm, mungkin kesalahan ada pada band fakultas atau panitia penyelenggara yang kurang mengerti kebutuhan para pesertanya.
Namun ...
Apakah kita dihalalkan untuk membuang muka pada apa yang tak kita butuhkan?

Saya pernah berada di posisi yang sama dengan band fakultas. Tak usah dijelaskan bagaimana rasanya, tentu setiap orang tau. Tapi sayangnya tau hanya sekedar menjadi 'tau' jika tak mengerti.

Lagu pertama selesai. Puluhan otak jenuh juga telah selesai dengan urusannya di dalam.
Lagu kedua usai. Hanya tinggal beberapa pasang telinga berteman pantat yang mulai panas.
Lagu ketiga masih merdu. Pantat-pantat usang meloncat pergi.
Lagu ketiga berakhir. Band fakultas tersenyum sembunyikan getir. Kursi kosong menjadi mayoritas penonton.
Lagu keempat berdendang. Ada sesal yang mengganjal.
Lagu keempat tamat. Haru. Ucapan terima kasih disampaikan band fakultas pada segelintir senyum-senyum hangat. Ternyata masih ada tepuk tangan yang mengiringi langkahnya pergi.

Saya pernah berada di posisi yang sama dengan band fakultas. Tak usah dijelaskan bagaimana rasanya, tentu setiap orang tau. Tapi sayangnya tau hanya sekedar menjadi 'tau' jika tak mengerti.

Semacam siklus, yang akan selalu bergerak melingkar dan kembali pada awal.
Seperti membeli, we'll get what we've pay.
R E S P E C T , to get it you must give it .

Percayalah, tak pernah menyenangkan menjadi yang teracuhkan.

Kamis, 08 Maret 2012

Mukaku Ada 'Dua'

Menempatkan diri secara bijak dan nyaman itu susah. Ketika ada sekelumit noda yang membuat mata memandang agak berbada, pasti ada dilema. Pilihannya antara semakin membenci, berhenti mencaci, berpura-pura tak mengerti, atau menghindar sama sekali. Dan sering kali aku menjadi pribadi yang bermuka dua.
Hina? Kotor? Menjijikkan? Bertopeng? Atau apalah, aku sering tak perduli. Toh menurutku itu cara teraman yang selalu melintas di otak.
Apakah cara yang lain suci? Bullshit dengan kata suci.

Penempatan diri, memang aku tak lebih ahli dari siapapun. Tapi aku sangat mengerti bagaimana rasanya terhakimi dan tersudut hingga mati. Dan keadaan yang demikian sangat mengerikan. Itulah yang membuatku lebih aman untuk bermuka dua.
Bermuka dua tak selalu buruk. Sering kali secara perlahan aku bisa menuntun terdakwa pada keadaan jiwa yang lebih mantab. Dan selalu ada hikmah berjalan beriringan bersamaku di dalamnya.

Yah, bermuka dua memanglah tetap bermuka dua. Dan aku tak berusaha berdalih atau membela diri. Ini jalan bercabang, ini pilihan.
Semoga lain waktu ada yang menemukan jalan lain yang lebih 'Bullshit' dari bermuka dua.

Rabu, 07 Maret 2012

Aku : Pembuta yang Sombong

Ketika telah melewati banyak kata yang kucicipi ditiap jarum waktu berpindah tempat, seharusnya semua bisa kuteguk dan kunikmati perlahan sambil menyesapi tiap lekuk masing-masing huruf. Karena sebenarnya aku mencintainya, aku merindunya sebanyak jantungku memompa darah, memilikinya adalah dahaga yang istiqomah.
 Aku hidup di dalamnya, aku telah merasa sangat karib dengannya. Padahal, aku tak pernah tumbuh sejajar dengannya.

Aku, Pembuta diri yang Sombong. Malas bertanya, hingga terbentur bahkan tersungkur berjuta kali pada lubang yang sama.

Tak ada janji lagi untuk bertransformasi, tak ada mimpi lagi untuk berevolusi.
Sebisa mungkin akan selalu ku tanyakan pada diri sendiri, "Mana buktimu berdikari?" sebelum jiwa ini menjadi pembohong sejati.


Senin, 05 Maret 2012

From:http://30.media.tumblr.com/tumblr_ltmdmpTmhr1qbpwzeo1_500.jpg

Aku rasa, manusia sering mengulang-ngulangnya ditiap hembusan nafas.
Jika telah lelah, lalu apa?
Entahlah ... 

Benarkah ini yang aku inginkan?

"Benarkah ini yang aku inginkan?"
Berjuta kali pertanyaan ini hanya terngiang dalam otakku tanpa ada jawaban.

Ada yang bilang bahwa, sesuatu yang membuatmu bersemangat dan memopa jantungmu beribu kali lebih kencang dari biasanya itulah sesungguhnya yang kamu inginkan.

Ada hal yang membuatku bersemangat, ketika aku berada di stasionary dan dikelilingi oleh berbagai alat tulis yang lucu.
Ada hal yang memompa jantungku beribu kali lebih kencang dari biasanya, ketika aku berjudi dengan aneka wahana pemacu adrenalin di taman hiburan.
But, these aren't the point.

Sejujurnya ini tentang Medical Faculty.
Apakah benar itu yang aku inginkan?
Apakah benar itu yang benar-benar membuatku merasa puas?
Ataukah hal itu hanyalah alatku untuk mendapatkan pengakuan?

Minggu, 04 Maret 2012

Feels Like "Invisible" man

Kesepian. Emm , lebih tepatnya hanya sepi. Sering menjadi teman baik yang menjengkelkan dan membuat ada sesak yang mengganjal di sudut jantung. Sesak itu bernama iri. Ya, aku sering merasa iri kepada orang-orang yang bisa dengan mudahnya mendapatkan teman. Iri dengan mereka yang sering bertukar cerita dengan kawan lama. Iri dengan keceriaan mereka saat bercanda berteman kopi. Iri dengan berjuta foto yang mempertontonkan manisnya persahabatan.

Teman, aku punya. Sahabat, ada. Keluarga, tinggal dekat rumah.
Tapi itu semua cuman sekedar 'ada'.

Aku sudah berusaha untuk menambah intensitas bersosialisasi, menampakkan diri. Dan belum ada progres.

Often, I feel like "invisible" man. It means, no effect when I was there or not.

Over New

Over new me.
Blog lama terasa seperti apa yang ingin terlihat oleh orang lain. Tidak salah memang, karena manusia tercipta sebagai makhluk pamrih. Tapi mulai detik ini jemariku akan melatih diri untuk mengetikkan rangkaian huruf yang lebih jujur. Walaupun kata tak selalu bisa memperjelas apa yang buram, setidaknya kata bisa memperindah yang buram agar tidak semakin kelam.
Let's starting the new me ^^

Pengikut