Selasa, 21 Maret 2017

Move On From The Shadow


Pernah gak, saat kamu udah ngerasa move on seutuhnya mendadak mimpi yang bikin kamu jadi kepikiran lagi.
Padahal kamu udah sepenuhnya gak mikir, gak inget2, stalking juga enggak, gak pengen hubungin juga. Yaaahhh udah berasa lupa aja gitu.

Hal itu jadi ngingetin aku sama temenku, "Hal terberat yang aku alami pas awal2 nikah itu ya masa lalu."

Dia cerita soal gimana mantannya kadang masih calling, try to make a connection. Dan beratnya, dia nikah gak lama setelah putus dari mantannya.
Jadi, menolak dihubungi itu kadang masih kerasa gampang tapi susah.

"Jadi, kenangan2 manis itu kadang kebawa mimpi, Nis. Bayangin yaa, kamu lagi tidur dipeluk suami kamu tapi lagi mimpi ngedate, seneng2, ketawa2 bareng mantan kamu. Yaahh, aku mah jaga hati, jd suamiku gatau. Cuman gimanapun tetep gaenak banget rasanya." Dia cerita panjang lebar, dan aku cuma 'O' aja pas itu.

Gak nyangka aja, aku yang mikir udah move on dari ujung rambut sampe sela2 kuku jempol, tiba2 mimpi2 lagi padahal sama sekali gak mikir apa2.
Ya sekarang jadi kepikiran lah gara2 mimpi, ahahhahahaha.

It's just a sharing.

Buat kalian di luar sana yang udah move on dan akan memulai langkah baru dengan orang yang baru, bisa jadi bayangan lama muncul lagi. Tapi inget, it's only a Shadow, you can't get it. Yang perlu kamu lakukan cuma bangun, menghadapi yang bukan sekedar bayangan dan memeluk erat pilihanmu saat itu.

Memilih itu sesuatu yang ringan, bertahan lah bagian terberat dari memilih.

Senin, 20 Maret 2017

Pulang Itu Ada Jatahnya

Semua yang pergi, pasti pulang.

Semalam, badanku lelah mata pun lesu, namun tak kunjung redup dan terlelap hingga Adzan berkumandang.
Setelah salat, niatku istirahat.
Lagi2 gagal, lantaran hati gelisah tanpa arah.
Kunyalakan kotak ajaib pengusir sepi.
Tak banyak yang dapat kunikmati, hari masih belia.
Hingga akhirnya fajar menyapa, kumulai bangkit dan berkegiatan.
Jarum jam menunjukkan angka 8, "Wah sudah siang, mandi ah."
Sembari handuk kukalungkan, terdengar suara gemetar ibuku berbicara di telpon, "Innalillahii.. Kapan?.. Ati2 le, Ojo ngebut2.. sing sabar.. wa'alaikumsalam.."
Entah mengapa, sekejap jantungku sempat terhenti. Siapa? Pikirku.
Ibuku menghampiriku sambil memasang wajah penuh duka, "Nduk, Pakde gak ada.."
"Innalillahii wa innailaihi raaji'uun.." timpalku.

Semua akan pulang, semua punya jatahnya.

Yang terpikir saat ibuku masih bercakap-cakap di telpon adalah : Siapa? Abi?
Yang terjadi ketika ibuku mengabarkan ternyata Pakde, ada kelegaan bercampur sedih yang sangat dalam.

Pasti kesedihan yang terasa tak akan sama ketika ayahku sendiri yang berpulang.
Tapi Pakde adalah sosok yang meninggalkan banyak cerita hangat, walau kami tak tinggal dengan dekat.
Sedih yang tercurah tak kalah hebat atas kepergiannya.
Perpisahan Abi dan Ummi, terutama, semakin merajut benang kasih yang erat di antara aku, adik2ku dengan Pakde.

Sekarang gak ada yang nyangoni pas lebaran lagi, gak ada yang tak gudo2 lagi, gak ada yang tak target pencit lagi ..

Kehilangan, pasti.

Selamat jalan Pakde baik.
Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik, diampuni segala dosa, dan diterima semua amal ibadah kebaikan yang selalu Pakde lakukan.
Aamiin ..

Pengikut