Kamis, 28 November 2013

Cahaya Terakhir

Kurus, putih, tidak tinggi juga tidak pendek, temanku adalah hitam, kekasihku adalah sunyi.

Suatu hari, saat mega menyapa dengan lembut dan sepoi angin senja menerbangkan daun-daun kering yang telah mati, tanda bahwa peluh sudah waktunya untuk mengering. Aku masih di sini, terlentang sendiri.
Tiba-tiba, saat mega mengucapkan selamat tinggal, aku ditarik paksa. Rupanya pijar titik cahaya menghilang entah ke mana, inilah waktuku untuk bekerja.

Waktu itu, aku bertugas dihadapan sebuah cermin yang sangat tinggi dan besar. Tinggi badanku mungkin hanya sepersepuluhnya. Aku berharap, pekerjaanku akan menjadi hal yang paling berkesan karena cermin itu. Kupandangi lekat sosokku yang terpantul, buram. Aku tak sanggup menelaah lekukku, terlalu silau.


Pekerjaan kala itu sangat panjang, sosok buram dan silau pada cermin juga makin lama makin rendah. Tubuh tegakku sudah tak lagi tegap, aku mulai lemah.

Ayam telah saling sahut, menyiarkan tentang hangat yang segera datang. Tepat ketika cahaya mulai menyelinap nakal dari sela-sela jendela, sosok buram dan silau pada cermin meredup lalu lenyap, kemudian jiwaku ikut tuntas.

Kurus, putih, tidak tinggi juga tidak pendek, temanku adalah hitam, kekasihku adalah sunyi.

Selasa, 19 November 2013

Tak Berdawai

Saat aku tak lagi berdawai, masih pantaskah aku untuk berbangga diri?
Atas kepiawaianku menenun nada,
atas telinga yang pernah kubuat mabuk,
atas ribuan kata yang kurajut menjadi melodi,
atas kenangan yang mengokohkan serat kayuku.

Mungkin, sebatas memandang dunia dari balik lemari kaca adalah mimpi yang "pantas" untukku.

Namun, ketika aku sebatas gitar tak berdawai, titik
Bahkan bermimpi untuk dilirik pun, akan menjadi hal yang berlebihan.



Jumat, 15 November 2013

All I Need Now

Udara sedang hangat, namun langit mulai menghitam.
Semua berjalan seolah tak pernah terjadi apa-apa, seolah langit hitam adalah bukan masalah.
Ada beberapa tangan mulai mengibaskan dirinya untuk menciptakan sedikit angin sepoi.
Namun dengan bibir rapat, tanpa keluh.
Ada hati yang urung berbicara jadinya.

Ketika langit hitam mulai marah dan menangis, hati yang urung bicara ikut terlepas mata airnya.
...
All I need is just a Hug, now.
Warming my coldest soul,
Kiss my tears away,

Kamis, 14 November 2013

Berbagi Pagi


Bayangkan, saat ini kamu sedang duduk di sana, bersama orang yang kamu cintai. Duduk berdampingan dan saling menggenggam. Bercengkrama sambil saling berbagi hangat. Menebar tawa lalu menikmati pagi bersama.
How beautiful is that !

Bayangkan, hal ini terjadi tiap hari.
Tiap pagi.
Hingga pada akhirnya salah satu dari kalian mati.
Hingga pada akhirnya salah satu dari kalian menikmati pagi sendiri.
Hingga pada akhirnya hanya kursi yang menanti pagi.
Bayangkan...

Rabu, 13 November 2013

Kamu dan Ekor Kerlipmu


Lihat, gelap!
Hitam langit malam menenggelamkan, menyapu bersih biasku pada udara maya.
Menjadi tak terlihat itu menakutkan, bahkan lututku mulai gemetar.
Untuk meraih kepingan ratapku pun aku tak sanggup, bagaimana mengejarmu?

Kamu, berlari-lari kecil, mengitariku dengan sejuta kerlip yang kau bawa.
Titik titik cahaya mengekor tanpa jera, membuatmu "ada".

Sejenak mendekat, lalu perlahan menjauh...

Kamu, dengan sejuta kerlip yang kau bawa, dengan titik-titik cahaya yang mengekor tanpa jera, membuatku sedikit terasa "ada" dari balik hitam langit malam.

Sejenak mendekat, kemudian tinggal sekejap, lalu menghilang dengan cepat...

Kamu, dengan sejuta kerlip yang setia mengekorimu, kini terhapus oleh waktu dan membuatku kembali abu-abu.

Minggu, 10 November 2013

Huft, Ada Apa!


Otakku ngadat. Ini harusnya hari termanis untuk mengakhiri perang besok, tapi otakku ngadat. Puluhan deret angka semburat tak dapat kucerna. Lembar-lembar ilmu kubolak-balik berjuta kali, tak ada yang bisa tertelan. Huft, ada apa!
Padahal kepalaku bukan kota metropolitan yang padat. Sepertinya otakku tak seperti jalan protokol yang selalu macet. Pikiranku juga tak sedang melilit seperti sembelit. Huft, ada apa!

Jumat, 08 November 2013

Kisah Langit Fajar

Mentari masih enggan untuk menghantarkan sinarnya pada bumi, langit masih biru gelap, namun ayam telah berlomba mengumandangkan kokok paling dasyat ke seluruh pelosok negeri. Bersama dengan itu, ada tangis yang tak sempat kering beriring doa membasahi kain putih penutup aurat. Ada gadis belia, pemilik air mata, sedang menuang pilu tentang hidup yang mulai berjalan tak adil.
Kisah cinta masa SMA, yang harusnya menjadi kisah klasik dihari senja, telah pupus. Lelaki kecintaan Sang gadis, berucap pisah tanpa sebuah alasan. Duka karena ditinggalkan, menjadi begitu dalam lantaran harus berulang. Lelaki yang dicinta berucap pisah ditengah kemelut hatinya tentang perpisahan kedua orang tuanya. Duka yang diemban menjadi begitu menghantam lantaran dua lelaki penghuni hati, pergi berurutan meninggalkan tanya, meninggalkan luka.
---

Kamis, 07 November 2013

Aku Buruk Yang Tanpa Cacat

Aku terlahir lengkap tanpa cacat.
Namun mereka memanggilku "Buruk".
Aku bisa mendengar, aku pandai bicara, penglihataku normal, bahkan tangan dan kakiku selalu lincah.
Namun mereka masih menyebutku "Buruk".
Aku tak pernah mencela, kubantu semampuku jika ada yang membutuhkan pertolongan, senyum pun selalu kusebar.
Namun mereka tetap menamaiku "Buruk".
Hanya karena kulitku hitam legam, hidungku besar, bibirku tebal dan lebar, gigiku kuning, rambutku kering dan kriting, serta tubuhku yang kurus kering.
Hanya karena ibuku seorang pelacur dan meninggalkanku di emperan toko ketika aku baru saja menghirup udara bebas.
Hanya karena tiap hari aku makan dari hasil uang copetan Ayah angkatku.
Hanya karena pekerjaanku adalah menjual kemiskinan.

Mereka melabeliku "Buruk"
Namun Tuhan pasti punya tujuan lain.
Tujuan Tuhan adalah agar mereka bersyukur, karena mereka bukan aku.
Tujuan Tuhan adalah agar aku bersyukur, karena aku membuat mereka bersyukur.

Rabu, 06 November 2013

Aku Suka "Hujan"?

Aku suka wangi hujan, wangi debu basah yang memenuhi rongga hidung.
Aku suka menikmati warna kelabu dari balik butiran hujan, duduk bersila sambil menikmati es krim.
Aku suka udara dingin yang menyelimutiku ketika hujan.
Aku suka.
Dan sekarang sedang "hujan"
Apakah aku suka?

Sabtu, 02 November 2013

Sketsa Senyum, Berbahagialah!

Sketsa tentang guratan senyum yang tertangkap tanpa sengaja adalah kejujuran. Lekuk dan garis wajah membentuk sebuah cerita, bagaimana harimu bagaimana kabarmu bagaimana keluargamu dan bagaimana mimpimu.
Beberapa kali kudapati sketsa sederhana menangkap senyum malu-malu dengan sayu mata yang kurindu. Ah, ternyata memang segalanya harus seperti ini.

Suatu ketika ada kawan yang mempertanyakan mengapa sketsa senyuman itu harus menghampiri hatiku. Aku mengembalikan pertanyaannya dengan sebuah senyum tanpa jeda, "Ada banyak hal yang aku baca dari sketsa itu, dan itulah yang Tuhan mau. Dia mau aku belajar dan mengerti," jawabku.
Kemudian dia bercerita tentang kegelisahan, mengapa sketsa senyum tak pernah menghampiri hatinya. Dia bertanya, apakah ada yang salah dengan dirinya?
Kami mulai membongkar masa lalu yang akhirnya memunculkan sebuah teori baru,
"1+1=2"

Mungkin aku atau kamu atau dia atau kita, salah menulis jawaban kemarin, 1+1=3
Coret saja, lalu tuliskan yang benar di bawahnya.

Ini jalan Tuhan, ini garis yang Allah bentangkan untuk hatiku dan tentang sketsa senyum itu.

Siapapun, Berbahagialah!
Hari ini pun aku mencobanya :)

Pengikut