Selasa, 22 Januari 2019

Mari Bercerita

Mari kita menyamakan persepsi, bahwa kamu juga pernah merasakan sebagai pendengar yang mencoba tenang, melihat dari segala sisi, berusaha keras untuk objektif, dan menggali kalimat-kalimat positif agar Sang Pencerita tak merasa patah dalam perangnya.

Mari kita menyamakan frekuensi, bahwa antara dua orang yang saling bertukar pikiran tidak selalu satu pengalaman.

Mari kita menyamakan rasa, bahwa kesedihan antara dua orang yang saling diam tak berarti berada pada tingkatan yang sama.

Mari kita yakini, bahwa masing-masing kepala selalu memiliki keinginan, pemahaman, penilaian, simpati, pengalaman, rasa, dan harapan yang berbeda.

Tapi, taukah kamu mengapa kita harus saling bicara walaupun kita sudah tau bahwa kita berbeda?

Karena kepala kita terlalu kecil untuk mengerti semua sudut pandang yang mungkin ada tanpa mempelajarinya pada orang lain. Hati kita terlalu terbatas untuk bisa memahami berjuta perasaan yang bisa timbul terhadap satu kejadian.

Suatu saat nanti, jika kamu bertemu denganku, lalu kita berbagi cerita. Maafkan aku sebelumnya, karena aku akan dengan gamblang berbicara tentang sudut pandangku. Sudut pandang yang didasari oleh pengalaman, obrolan, kejadian yang aku terlibat di dalamnya.

Suatu waktu, saat jodoh membuat kita berjumpa lalu bertukar aksara. Kamu akan melihat sisi egoisku dalam memandang dunia dan kehidupan, ketidak pedulianku, kebekuanku, dan ke-sok tahu-anku.

Kemudian, kamu berkata padaku, "Dengan mudahnya kamu ngomong seperti itu. Karena kamu tak pernah mengalami hal ini."

Dan itu sering terjadi.
Bukan masalahku, jika orang lain menilaiku buruk atau baik. Itu adalah masalah mereka.
Aku hanya berkesimpulan, kita sedang tidak berada pada satu persepsi, frekuensi, dan rasa.

Apakah menggangguku untuk tetap mendengarkan?
Dengan mantab, aku jawab TIDAK.

Warna warni kalimat yang tertangkap oleh telingaku akan selalu berharga.

Selasa, 01 Januari 2019

Hi! Pick Me Up, 2019!

Alhamdulillah, 2018 berlalu dengan baik. Dengan segala drama yang terjadi, berkah yang selalu melimpah, terima kasih Tuhan atas karunia yang tak pernah berhenti mengalir.

Tak perlu menulis yang sudah berlalu, biar kenangan bersemayam tenang di sanubariku. Yang jelas, aku akan tersenyum dengan lebar ketika mengingat angka 2018. Banyak hal baik yang menyapa, banyak orang baik yang menemani, banyak tempat baik yang tersinggahi.

Alhamdulillah 'ala kulli haal

Dan, jemput aku 2019! Aku sungguh telah siap! Jemput aku, apapun rupamu. Aku sungguh telah siap! Jemput aku, temani aku, dukung aku untuk menulis kesan yang lebih luar biasa tentang kamu nanti, saat 1 januari 2020.

Pengikut