Senin, 20 Maret 2017

Pulang Itu Ada Jatahnya

Semua yang pergi, pasti pulang.

Semalam, badanku lelah mata pun lesu, namun tak kunjung redup dan terlelap hingga Adzan berkumandang.
Setelah salat, niatku istirahat.
Lagi2 gagal, lantaran hati gelisah tanpa arah.
Kunyalakan kotak ajaib pengusir sepi.
Tak banyak yang dapat kunikmati, hari masih belia.
Hingga akhirnya fajar menyapa, kumulai bangkit dan berkegiatan.
Jarum jam menunjukkan angka 8, "Wah sudah siang, mandi ah."
Sembari handuk kukalungkan, terdengar suara gemetar ibuku berbicara di telpon, "Innalillahii.. Kapan?.. Ati2 le, Ojo ngebut2.. sing sabar.. wa'alaikumsalam.."
Entah mengapa, sekejap jantungku sempat terhenti. Siapa? Pikirku.
Ibuku menghampiriku sambil memasang wajah penuh duka, "Nduk, Pakde gak ada.."
"Innalillahii wa innailaihi raaji'uun.." timpalku.

Semua akan pulang, semua punya jatahnya.

Yang terpikir saat ibuku masih bercakap-cakap di telpon adalah : Siapa? Abi?
Yang terjadi ketika ibuku mengabarkan ternyata Pakde, ada kelegaan bercampur sedih yang sangat dalam.

Pasti kesedihan yang terasa tak akan sama ketika ayahku sendiri yang berpulang.
Tapi Pakde adalah sosok yang meninggalkan banyak cerita hangat, walau kami tak tinggal dengan dekat.
Sedih yang tercurah tak kalah hebat atas kepergiannya.
Perpisahan Abi dan Ummi, terutama, semakin merajut benang kasih yang erat di antara aku, adik2ku dengan Pakde.

Sekarang gak ada yang nyangoni pas lebaran lagi, gak ada yang tak gudo2 lagi, gak ada yang tak target pencit lagi ..

Kehilangan, pasti.

Selamat jalan Pakde baik.
Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik, diampuni segala dosa, dan diterima semua amal ibadah kebaikan yang selalu Pakde lakukan.
Aamiin ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut