Kamis, 22 Maret 2012

Menjadi yang Teracuhkan




Manusia, makhluk sosial yang egois. Selalu meminta, karena mereka memang butuh, tapi sering malas untuk memberi.
Butuh untuk dimengerti, butuh untuk dihormati, butuh untuk dihargai, dan butuh-butuh tetek bengek yang lainnya yang mendapatkannya harus dari pemberian orang lain.

Siang ini, saat penutupan seminar nasional tentang kenaikan BBM di kampus, sebuah band fakultas menampilkan diri sebagai penghibur terakhir setelah seharian ratusan otak dicekoki dengan gunjingan dan kritik tajam terhadap pemerintah. Niat baik tak selalu disambut baik. Ternyata ratusan otak jenuh itu tak butuh hiburan, mereka butuh keluar dari ruangan. Karena tak sepaham, band fakultas tetap bernyanyi di depan panggung dan otak-otak kepanasan mulai semburat mencari pintu keluar. Pemandangan yang menyakitkan.
Emm, mungkin kesalahan ada pada band fakultas atau panitia penyelenggara yang kurang mengerti kebutuhan para pesertanya.
Namun ...
Apakah kita dihalalkan untuk membuang muka pada apa yang tak kita butuhkan?

Saya pernah berada di posisi yang sama dengan band fakultas. Tak usah dijelaskan bagaimana rasanya, tentu setiap orang tau. Tapi sayangnya tau hanya sekedar menjadi 'tau' jika tak mengerti.

Lagu pertama selesai. Puluhan otak jenuh juga telah selesai dengan urusannya di dalam.
Lagu kedua usai. Hanya tinggal beberapa pasang telinga berteman pantat yang mulai panas.
Lagu ketiga masih merdu. Pantat-pantat usang meloncat pergi.
Lagu ketiga berakhir. Band fakultas tersenyum sembunyikan getir. Kursi kosong menjadi mayoritas penonton.
Lagu keempat berdendang. Ada sesal yang mengganjal.
Lagu keempat tamat. Haru. Ucapan terima kasih disampaikan band fakultas pada segelintir senyum-senyum hangat. Ternyata masih ada tepuk tangan yang mengiringi langkahnya pergi.

Saya pernah berada di posisi yang sama dengan band fakultas. Tak usah dijelaskan bagaimana rasanya, tentu setiap orang tau. Tapi sayangnya tau hanya sekedar menjadi 'tau' jika tak mengerti.

Semacam siklus, yang akan selalu bergerak melingkar dan kembali pada awal.
Seperti membeli, we'll get what we've pay.
R E S P E C T , to get it you must give it .

Percayalah, tak pernah menyenangkan menjadi yang teracuhkan.

5 komentar:

  1. nafas itu tak lebih dari sebuah pinjaman ,... mungkin sebagian besar para peminjam lupa bahwa apa-apa yg telah dipinjam harus dikembalikan ,... andai saja sadar,... kenapa roda selalu dibuat bundar,.....???
    dan satu lagi yang barangkali bisa dijadikan cermin kaca rasa,....
    segagah-gagahnya sang gatut kaca,... dia hanya mampu terbang mengantongi dunia ketika di tangan sang dalang,...
    dan bila,... telah dikandangkan dalam peti kediaman,... tak sejengkalpun sayapnya mampu dikepakkan,...
    teracuhkan,... barangkali kala itu memang sedang harus dipeti-eskan,...
    DAN ,.... JANGAN LALUKAN YANG KITA RASA MENYAKITKAN,... KENDATIPUN SIMPUL DUNIA AKAN TETAP "BERGERAK MELINGKAR DAN KEMBALI PADA AWAL,..."

    OK juga lukisan bahanya,... "MANIS DIBACA PAHIT DIRASA"

    BalasHapus
  2. aku adalah respector . dua jari ku respect untuk mu .


    hahhhaa kata kata mu membuat g mood maem .

    BalasHapus
    Balasan
    1. kata-kata yg mana oey yg bikin g mood maem ??
      (lola sebentar)

      Hapus
    2. garis besarnya lah .. aku baca baca kok mengandung mbanyoolll .. g ilang rasa lapar ku ..

      Hapus

Pengikut