Selasa, 04 Maret 2014

Aku Bodoh Karena Meniadakanmu

Suatu hari, ketika kotak menjadi begitu sunyi dan masa mendekati malamnya, aku menemukanmu masih cantik dan menggoda. Kau, manakala sedang termenung dan bergumam pada jiwamu yang sepi, kusapa pelan dengan hati-hati. Kuajak kau membunuh hampa, namun.. rupanya ucapku tak terlalu indah terdengar atau penampangku bukan yang kau idamkan atau dunia menjadi terlalu asing hingga tak ada hasratmu bertukar kata.

Urung, malam itu aku kembali tidur sendiri, menampik jauh tentang mimpi hangat merah muda serta kuning ceria juga sendu romantis sang jingga.

Pagi-pagi sekali, doaku terjawab, kau dan aku akan tinggal dalam kotak yang sama. Kau, bahkan semakin menggairahkan, ketika baru membuka jendela hari setelah berpeluh dalam mimpi semalam. Namun, bisu masih menjadi namamu. Tak mengapa, aku sabar.

Kau, si merah jambu yang lengkap dengan wangi ranum buah strawberry, sepanjang siang berpaling muka. Entah mengapa bisa begitu angkuh dikau padaku, mungkin wangi kayu lame yang mengusikmu atau.. entahlah..

Sudah kupikirkan matang-matang, kau mungkin bukan tipe yang suka terlihat tak lagi indah, sudah kupikirkan caranya. Aku terlalu mengagumimu hingga kubuat aksara yang sempurna, tak ada lagi jahil dengan sengaja membelot agar tak kubutuhkan kau untuk memperbaikinya. Sesekali, pernah aku terpeleset tapi tak kupanggil kau, si merah jambu. Dengan sigap kutempelkan kepalaku pada coretan yang salah, kuhapus sebisaku.
Aku rela, asal kau tak terluka.
___
Kau menyakiti hatiku! Aku hidup juga memiliki arti dan ingin berguna, tapi kau malah membuatku tampak bodoh dan sia-sia. Kenapa?! Cacimu di suatu malam.

Tangismu membanjiri hatiku yang telah tersayat oleh jemariku sendiri.
Tak kukira, dengan menjagamu justru membunuhmu perlahan.
Maaf..

image source: http://www.wired.com/images_blogs/wiredscience/2011/10/pencil-eraser-flickr-mujalifah.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut