Senin, 09 Desember 2013

Menyentuh Tak Menyentuh, Sama Saja, Kalah Tak Kalah, Mungkin Mengalah


Tersentuh, pedih...
Tak disentuh, harus menyentuh.
Kemudian menjejakkan kaki mengitari rerumputan basah yang kemudian kering lalu kemuning hingga akhirnya gering.

Masih bimbang dengan mereka-reka seberapa pedih yang kedua.
Aah, masih sangat...
Kemudian mencari-cari arti lagi dan yang mampu tambal radang.

Gemetar, akankah tercucur lagi nokta merah?
Yah, tertahan tangis saat menekan luka.
Kemudian menggiring tubuh pada sudut terjauh untuk berpeluk lutut menggigit bibir mengigil sendiri terjerembab kalimat yang tak pernah mampu untuk lahir secara utuh.

Dari kejauhan, berfikir untuk menyentuh untuk berpindah untuk bernafas untuk menikmati...
Dari kejauhan, teringat akan yang pertama yang kedua yang ketiga yang selanjutnya...
Dari sudut terjauh dengan berpeluk lutut menggigit bibir mengigil sendiri terjerembab kalimat yang tak pernah mampu untuk lahir secara utuh, berusaha mengendap menyeret memaksa untuk menggenggam.

Kini menancap tajam.
Tangis telah banjir.
Detak jantung berdentam.
Kebekuan penuhi atmosfir.

Hmmm...
glek.. glek..

Semburat bayangan seberang di tengah buram yang makin lama makin hitam.
Kemudian bibir mempersembahkan bentuknya yang paling indah, "Setidaknya kita telah sejauh ini, bukan?"
"Mereka" tuntas, entah kalah atau menang.

image source: http://i.brta.in/images/2013-08/bf06f7ed56c0e2a1236e44074669d92e.png

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut